Ekonomi Indonesia Januari 2025: Antara Deflasi, Pemangkasan Suku Bunga, dan Langkah Fiskal Baru
Jakarta, WiseFX.id – Memasuki tahun 2025, ekonomi Indonesia menunjukkan dinamika yang cukup mencolok. Dari kejutan deflasi hingga pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia, serta langkah drastis pemerintah dalam pengelolaan fiskal, kondisi ekonomi nasional di bulan Januari patut menjadi perhatian para pelaku pasar dan investor.
📉 Deflasi
Mengejutkan di Awal Tahun
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,76% (mtm) pada Januari 2025.
Penurunan harga terutama disumbang oleh sektor makanan, minuman, dan tembakau,
serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Meski demikian, inflasi
tahunan tetap tercatat di level 0,76%.
Bagi trader, kondisi ini bisa menandakan tekanan konsumsi
domestik, yang berpotensi memengaruhi kinerja emiten sektor konsumsi dan
mendorong ekspektasi kebijakan moneter longgar.
📉 BI
Turunkan Suku Bunga ke 5,75%
Dalam langkah yang cukup mengejutkan, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan
sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Tujuannya? Menopang pertumbuhan
ekonomi yang sedang melemah di tengah depresiasi nilai tukar rupiah dan
ketidakpastian global.
Keputusan ini membuka ruang bagi aset berisiko untuk
bergerak lebih agresif. Investor asing mungkin akan mempertimbangkan kembali
portofolio mereka, sementara pelaku pasar domestik bisa mengantisipasi peluang
di sektor properti dan perbankan.
💰 M2
Tumbuh, Tapi Daya Beli Tertekan
Uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh 5,9% secara tahunan, mencapai Rp9.232,8 triliun. Namun
peningkatan ini belum tentu mencerminkan daya beli yang sehat. Banyak pihak
menilai pertumbuhan M2 lebih dipicu oleh faktor moneter, bukan oleh optimisme
konsumsi.
Bagi trader, hal ini bisa menjadi sinyal perlambatan ekonomi
rill, di mana peningkatan likuiditas belum berbanding lurus dengan konsumsi.
🧾 Defisit
Anggaran dan Pemangkasan Belanja
Kementerian Keuangan mencatat defisit anggaran mencapai
Rp31,2 triliun di awal tahun (0,13% dari PDB), akibat penurunan tajam
penerimaan pajak. Sebagai respons, Presiden Prabowo menerbitkan Inpres No. 1 Tahun 2025, memangkas
belanja sebesar Rp306,7 triliun untuk
mengalihkan dana ke program unggulan, termasuk makan siang gratis bagi 82,5
juta orang.
Langkah ini menunjukkan upaya pemerintah menjaga postur
fiskal tetap sehat tanpa mengorbankan program populis. Namun, bagi investor,
efisiensi dan efektivitas belanja tetap menjadi titik evaluasi.
🌐 Neraca
Dagang Masih Perkasa
Di tengah tekanan fiskal dan konsumsi, neraca perdagangan Indonesia mencatat
surplus sebesar USD 3,5 miliar di Januari 2025, naik 75% dibandingkan
tahun sebelumnya. Ini menjadi bantalan penting terhadap nilai tukar dan
menunjukkan ketahanan sektor ekspor.
⚠️ Ancaman
untuk Kelas Menengah
Kelas menengah Indonesia kini menghadapi tantangan berat.
Penurunan daya beli, ketimpangan ekonomi, dan tingginya utang menjadi sorotan.
Ini bisa berdampak panjang terhadap stabilitas konsumsi dan daya dorong ekonomi
domestik.
🔍 Kesimpulan
untuk Trader & Investor
Januari 2025 memperlihatkan wajah ekonomi Indonesia yang
kontradiktif: kebijakan moneter longgar namun konsumsi melemah, fiskal ketat
tapi tetap populis, dan perdagangan luar negeri yang masih solid. Bagi trader
dan investor, beberapa poin penting untuk diperhatikan:
- Sektor yang sensitif suku bunga seperti
properti dan perbankan berpotensi rebound.
- Konsumer primer bisa tetap
defensif, namun sektor discretionary perlu diwaspadai.
- Rupiah dan obligasi kemungkinan
akan menunjukkan volatilitas tinggi dalam jangka pendek.
- Pasar saham berpotensi
sideways hingga ada konfirmasi rebound dari konsumsi domestik.
Pantau terus indikator makro dan kebijakan pemerintah di
bulan-bulan mendatang untuk strategi yang lebih presisi.
📊 Ikuti analisis
makroekonomi dan strategi trading terkini hanya di WiseFX.id.
Posting Komentar